Pernah suatu ketika orang tua saya pernah menceritakan
tentang sejarah salah satu gedung di seberang jalan kediaman saya, yaitu di Jl.
Raya Candra Wilwatikta no.33 Klampok – Pandaan, Pasuruan, Jawa Timur. Gedung
yang selalu terlihat sepi tersebut mempunyai bentuk yang unik dan asri, seakan
menyimpan nilai seni yang tinggi. Sedari kecil, saya selalu dibuat penasaran
olehnya. Menurut cerita orang tua saya, gedung tersebut adalah sebuah galleri
seni sekaligus rumah kediaman Almarhum Bapak R. Istigno (1921-1999). Siapakah
beliau tersebut? Lantas apa yang membuat gedung tersebut mempunyai nilai
historis seni di indonesia?
Tampak Depan Padepokan Prapanca Pandaan
(Sumber: https://pandaanpaper.wordpress.com/tag/raden-istigno-kartodidjojo/#jp-carousel-248)
Lahir di Pati dengan nama lengkap Raden Istigno
Kartadidjojo, beliau merupakan salah satu pelukis maestro yang pernah satu
zaman berkiprah dengan pelukis ternama di Indonesia, Affandi. Karya-karya
beliau kebanyakan mengangkat beberapa tema kebudayaan tradisional Jawa dengan
sedikit gaya wayang beraliran dekoratif namun memiliki nilai filosofi yang
tinggi, hingga beliau pernah dijuluki sebagai pelukis Jawa Adiluhung yang
berarti budaya yang sangat indah. Tidak diragukan lagi nilai estetika karyanya.
Sebagian Karya dari Raden Istigno Kartididjojo
(sumber: https://pandaanpaper.wordpress.com/tag/raden-istigno-kartodidjojo/#jp-carousel-233)
Setelah hijrah dari tanah kelahirannya beliau memilih
bertempat tinggal di kawasan Pasuruan, tepatnya kecamatan Pandaan. Di lingkungan
ini beliau mendirikan gedung dengan nama "Padepokan Prapanca
Pandaan", bertempat di Jl. Raya Candra Wilwatikta no.33 Klampok – Pandaan.
Didirikan pada tahun 1964 sama dengan berdirinya taman budaya terbesar di Jawa
Timur, yaitu Taman Candra Wilwatikta yang lokasi bangunannya juga saling bersebrangan.
Ratusan karya telah beliau produksi di kediamannya tesebut,
diantaranya tersebar di tangan kolektor maupun di berbagai galleri di penjuru
dunia. Ratusan karya lagi hingga kini masih menghiasi dinding gedung padepokan,
namun tidak terurusi dengan baik, dikarenakan tempat yang sudah tidak layak
lagi serta biaya perawatan untuk merestorasi lukisan yang sudah cukup tua
tersebut.
Bukan berarti pemerintah tak peduli pada warisan budaya
bangsa ini. Pernah suatu ketika Pemerintah Kabupaten Pasuruan menghubungi pihak
ahli waris almarhum dan berjanji untuk mengubah galleri tua tersebut menjadi
museum seni layaknya museum Affandi di kota Yogyakarta, namun hingga kini janji
tersebut belum ter-realisasi-kan.
Apakah janji tersebut hanya iming-iming saja? Akankah gedung
dengan nilai historis tinggi tersebut lapuk dimakan rayap dan roboh dengan
sendirinya? tak ada yang tahu dengan pasti, semoga pemerintah segera menepati
janji manis mereka.
Penulis: Jefry Reza Ardiansyah
Referensi:
-Raden Istigno Kartodidjojo (1921-1999). À la recherche d'un
sublime (adiluhung) javanais, 2005: LABROUSSE Pierre. Parris.
-pandaanpaper.wordpress.com/tag/raden-istigno-kartodidjojo/