Bambang Toko Witjaksono yang lahir
di kota Yogyakarta pada 27 maret 1973. Beliau adalah seniman yang mulai
bergerak di dunia seni pada sekitar tahun 90’an dan beliau juga salah satu
pendiri komunitas Apotik Komik. Saat ini beliau menjadi salah satu dosen seni
grafis di ISI Yogyakarta. Selain itu beliau juga aktif di berbagai kegiatan
seni baik menjadi kurator dan peserta pameran. Sejak kecil Bambang sudah
menyukai segala komik dan ilustrasi tahun 80’an dan segala hal yang berbau
vintage. Beliau menempuh pendidikan sarjana di jurusan seni grafis ISI Yogyakarta pada tahun (1991-1997). Kemudian beliau meneruskan pendidikan Pasca Sarjana nya di Fakultas Seni rupa dan Desain ITB Bandung.
Pak
Bambang ‘Toko’ Witjaksono di depan Studio Pribadinya
Karya
Dengan Tema Sticker Angkot
Karya Bambang ‘Toko’
Witjaksono lewat apropriasi materi visual “seni
rendahan”. Karyanya berupa gaya stiker-stiker yang biasa di jual di pinggir
jalan, dan biasa kita lihat dan temukan sebagai hiasan untuk kendaraan truk,
angkutan umum, motor , dan berbagai hiasan di lingkungan yang dianggap
marjinal, “kampungan”. Dengan tulisan-tulisan yang dianggap cengeng, norak,
tetapi selalu menggelitik, karena merepresentasikan ungkapan kaum lemah dan
tertindas oleh deru kemajuan jaman. Bambang Toko menghadirkan kembali citraan
marjinal tersebut, secara parodi, kedalam bentukan seni lukis, maupun
benda-benda industrial lainnya. Lebih jauh ia menggubah tulisan-tulisan
tersebut dari acuannya, menjadi bermakna setara dengan citraan maupun
materialnya. Gejala penyetaraan makna (teks dan gambar) yang literer dan
harfiah menandai semakin tipisnya pemahaman filosofis terhadap simbol serta
tanda–tanda dalam kehidupan masyarakat. Bambang Toko memberikan gambaran umum
tentang struktur citraan tersebut terhadap penafsirnya.
Besar
Pasak Daripada Tiang (2007)
Karya
Dengan Tema PIGTOGRAPHY
Karya Pigtography ini dibuat beliau untuk pameran tunggal pada tahun 2007 di salah satu gallery di negara Australia. Beliau mengambil tema Pigtography ini karena karakter babi gampang diingat setiap orang, beliau membuat setiap karya Pigtography ini dengan tema cerita yang berbeda antara satu karya dengan karya yang lain. Seperti dalam lukisan yang berjudul Happy Family, beliau meceritakan bahwa figur babi tersebut adalah pencitraan beliau kepada temannya yang seorang berkewarganegaraan asing. Dia menggambarkan bahwa keluarga temannya tersebut hidup bahagia di lingkungan Australia yang suasana lingkungannya tertata rapi dengan diselingi humor-humor yang segar, seperti pada karya let’s drink dimana terdapat gambar figur babi yang membawa botol bir di area jalan. Hal ini seperti mengambarkan kebiasaan yang telah menjadi kebudayaan masyarakat Australia yang gemar mabuk di sekitar daerah yang ramai.
Karya Pigtography ini dibuat beliau untuk pameran tunggal pada tahun 2007 di salah satu gallery di negara Australia. Beliau mengambil tema Pigtography ini karena karakter babi gampang diingat setiap orang, beliau membuat setiap karya Pigtography ini dengan tema cerita yang berbeda antara satu karya dengan karya yang lain. Seperti dalam lukisan yang berjudul Happy Family, beliau meceritakan bahwa figur babi tersebut adalah pencitraan beliau kepada temannya yang seorang berkewarganegaraan asing. Dia menggambarkan bahwa keluarga temannya tersebut hidup bahagia di lingkungan Australia yang suasana lingkungannya tertata rapi dengan diselingi humor-humor yang segar, seperti pada karya let’s drink dimana terdapat gambar figur babi yang membawa botol bir di area jalan. Hal ini seperti mengambarkan kebiasaan yang telah menjadi kebudayaan masyarakat Australia yang gemar mabuk di sekitar daerah yang ramai.
Happy
Family (2007)
Let’s
Drink (2007)
Karya
dengan Tema TITIAN MUHIBAH: SERUMPUN SENADA, SEIRAMA
Karya serial bergaya komikal ini
diciptakan beliau untuk menyanggupi undangan pameran tunggal di salah satu
gallery di Negara Malaysia. Pada waktu itu sedang santer terdengar isu
pencaplokan wilayah Indonesia oleh Malaysia yang berujung timbulnya rasa saling
tidak percaya pada kedua Negara tersebut. Maka dengan bekal pengalaman pengetahuan
musiknya, beliau mengambil tema beberapa lagu seorang penyanyi Rock Malaysia
pada era 90an yang pernah berjaya di Indonesia. Beliau memvisualisasikan
beberapa lirik lagu tersebut pada karyanya yang bergaya komik.
Tak
Ada yang Menghalangi Rasa Cinta (2009)
Masa-masa
Indah (2009)
Ide Penciptaan
Ketika
melihat dan mengapresiasi karya-karya Bambang ‘Toko’ Witjaksono dengan Roy Lichtenstein maka terdapat
kemiripan pada gaya visualnya. Yaitu warna-warna yang kontras bergaya vintage
dan penggambaran figur yang terinspirasi komik barat. Beliau mengakui bahwa Roy Lichtenstein adalah orang yang sangat berperan besar
dalam mempengaruhi karya-karyanya.
Bahan Material dan Teknik
Beliau adalah seorang seniman grafis, tapi pada saat ini beliau lebih sering menumpahkan ekspresi lewat media seni lukis dalam menciptakan sebuah karya. Di samping cepat, beliau juga mempertimbangkan karya lukis karena menuruti banyaknya permintaan yang dipesan gallery dan juga kolektor. Teknik dan langkah pertama adalah mendesain gambar atau visualisasi pada kertas HVS. Gambar tersebut discan dan dijadikan data berupa softfile, Lalu softfile tersebut diprint pada mika transparant dan diletakkan pada mesin OHP. Kemudian pencitraan mesin OHP tersebut dihadapkan pada kanvas dan dengan menggunakan cat aklirik dan kuas, Beliau mulai mengikuti garis-garis yang terpampang pada kanvas.