Saat ini kita
sedang hidup dan berada di jaman yang tak lepas dari peralatan yang serba
canggih, dimana teknologi sangat berperan besar dalam kehidupan manusia. Mulai
dari perangkat rumah tangga, perangkat hiburan, perangkat komunikasi dan lain
sebagainya. Contohnya saja bidang Fotografi, dunia fotografi akhir-akhir ini
sangatlah berkembang pesat. Sebagai sampel yang nyata, kita tengok saja kota
Solo atau Surakarta, Setiap sudut-sudut kota, tak jarang kita jumpai seseorang
yang terlihat menenteng sebuah kamera DSLR (Digital Single Lens Reflex). Bahkan
sering juga kita melihat sekelompok orang yang sedang berburu objek untuk
dibidik dengan kamera mereka. Dan uniknya lagi sebagian besar dari mereka masih
memiliki umur yang muda.
Dulu, manakala
teknologi belum berkembang begitu pesat, Kamera SLR (Single Lens Reflex) dan
macam-macam lensa sebagai peralatan yang wajib dimiliki untuk terjun dalam
bidang fotografi, adalah barang yang harganya bisa dibilang relatif mahal
walaupun pada saat itu teknologi pada kamera hanya berbekal mesin yang
konvensional. Sedangkan biaya cuci film dan cetak foto pun juga jadi kendala
utama bagi siapapun yang ingin bergelut didunia fotografi. Hal ini lah yang
menjadi alasan banyak orang berpikir dua kali untuk menjalani hobi fotografi
kala itu.
Semua kendala
dalam dunia konvensional pun larut dan hilang taktala sekitar periode 2000an
berbagai perusahaan-perusahaan besar mulai berlomba-lomba menciptakan produk
kamera berteknologi digital dengan harga yang cukup terjangkau. Hal ini seakan
menjadi angin segar bagi pecinta fotografi yang sudah bertahun-tahun direpotkan
dengan segala tetek bengek yang ada. Inilah awal dari kejayaan bidang
fotografi, dengan munculnya teknologi kamera digital yang tidak harus
repot-repot membeli rol film, mencuci film dan masalah klasik lain. Karena pada
DSLR fitur yang disediakan cukup memanjakan para fotografer.
Bayangkan, dulu
untuk dapat memotret saja kita harus merogoh sebagian isi kantong dulu untuk
membeli sebuah rol film. Sedangkan pada kamera digital masa kini rol film
tersebut sudah tergantikan dengan teknologi sensor CMOS (Complementary
Metal Oxide Semiconductor) terbaru yang dapat digunakan sampai ratusan
ribu jepret. Dulu jika ingin melihat hasil pemotretan, kita harus direpotkan
dengan proses mencuci dan mencetak rol film pada kamar gelap. Dan dapat merogoh
kocek lebih dalam lagi, bagi yang tidak punya kamar galap sendiri dan tidak
tahu proses mencuci dan mencetak karena harus membawa ke studio foto yang
menerima jasa cuci-cetak. Berbanding terbalik dengan sekarang, cukup dengan
sekali jepret, hasil foto dapat disimpan di kartu memori dan dapat langsung
dilihat pada LCD (Liquid Crystal Display) kamera. Kemudian jika kita ingin
mencetaknya pada kertas, kita tinggal memindah file ke komputer kemudian akan
dicetak oleh mesin printer. Hal inilah yang mendorong semua orang yang hobi
maupun yang awam mulai berbondong-bondong mengikuti perkembangan fotografi.
Baik untuk sekedar belajar atau bahkan bertekat untuk mencari penghasilan pada
bidang ini.
Dewasa ini, dari
berbagai kalangan dan segala latar belakang. Orang dapat leluasa membawa pulang
sebuah kamera DSLR beserta aksesorisnya dengan harga yang murah meriah. Kamera
DSLR yang sejatinya digunakan seorang fotografer dalam menangkap keindahan
suatu momen pada citra dua dimensi ini, kini sudah mulai bias fungsinya. Di
sekitar kota Solo tak jarang kita jumpai anak-anak muda dengan kisaran umur
belasan tahun sudah terbiasa berjalan-jalan sambil menenteng-nenteng kamera
DSLR. Bahkan kebanyakan dari para remaja itu terlihat membawa peralatan yang
mahal dengan standar professional. Ironisnya rata-rata dari mereka menggunakan
mode automatis. Hal ini sangatlah mubadzir mengingat kamera DSLR dirancang
untuk dapat diatur oleh pengguna dengan leluasa dan sekreatif mungkin, dan
bukan untuk sebaliknya.
Inilah yang akan
terjadi jika sebuah benda dengan nilai fungsi istimewa berada di tangan para
remaja seperti mereka, fungsi kamera pun tak hanya sekedar dokumentasi kegiatan
sehari-hari mereka, melainkan juga sebagai ajang untuk bergaya narsis dan pamer
peralatan mahal. Hal seperti ini sebenarnya dapat kita tanggulangi dengan
mengarahkan mereka pada aktivitas yang positif, Seperti menyerukan mereka untuk
bergabung dalam komunitas berbau fotografi. Komunitas fotografi pun kini sudah
membludak di kota solo sehingga kita tak usah sungkan untuk bergabung dengan
salah satu komunitas mereka. Dengan bergabung pada komunitas kita dapat berbagi
pengalaman, baik itu pengetahuan masalah teknis maupun secara estetis.